Aku sudah tidak tahan dengan semua yang dituliskan Ms.L tentang aku dan Mr.D di jejaring sosial. Membuatku meragukan semua niat tulus yang selalu dikatakannya ketika memintaku untuk menjadi sahabatnya. Apa salahku? Apa setiap masalah yang dialaminya merupakan kesalahanku? Sebelumnya aku sama sekali tak mengenalnya. Dia bukan siapa-siapa bagiku. Namun tiba-tiba dia hadir dan memintaku untuk menjadi sahabatnya karena dia pikir aku mirip dengannya dari faktor wajah dan sifat. Tapi tidak! Sifatku sama sekali berbeda darinya. “Aku tidak seperti dia!” itu yang selalu aku katakan pada diriku sendiri ketika dia berkata bahwa aku seperti dia.
Waktu berlalu. Persahabatan dimulai. Dia selalu bercerita tentang kisah sedihnya ketika menjalin hubungan dengan Mr.D yang saat ini bersamaku. Sebelumnya aku sudah tau semua kisah itu dari Mr.D sendiri. Tidak hanya kisah sedih, namun juga kisah bahagia yang mereka lalui yang membuatku cemburu. Benci mendengarnya namun aku harus tau apa yang terjadi. Semuanya. Tanpa terkecuali. Ada alasan disetiap tindakan yang diambil oleh Mr.D termasuk ketika harus mengakhiri hubungannya dengan Ms.L dan aku maklum dengan alasan itu. Karena jika aku seperti dia aku juga akan melakukan hal yang sama. Dan aku benar-benar mengerti dengan posisinya saat itu. Aku ingin tau lebih banyak! Semua detail tentang mereka, apa yang mereka lakukan, apa masalah mereka. Aku tau! Itu membuatku sedikit lega karena bukan aku alasan Mr.D memutuskan hubungan dengan dia.
Banyak yang bilang aku bodoh. Jika seseorang yang dari masa lalu datang, hal itu sangat janggal. Lagipula dia terlalu banyak bicara tentang diriku yang belum diketahuinya. Terutama tentang kejelekanku yang sebenarnya dia hanya menduga-duga. Bukan karena dia mengenalku lebih baik. Tapi kubutakan mata dan telingaku demi menjaga hubungan baik dengannya. Komunikasi via hp antara aku dan dia lancar. Namun yang membuatku sedikit heran dia selalu bertanya tentang hubunganku dengan Mr.D. Dia menawarkan diri, jika aku mengalami masalah menjalin hubungan dengan Mr. D dia dengan senang hati memberi nasehat kepadaku.
Lagi dan lagi semua sahabatku berkata aku bodoh. Dia menjadikanku sahabatnya hanya untuk mencari tau tentang hubunganku dengan Mr.D. Wallahu alam. Semakin hari aku semakin dekat dengan Mr.D, namun semakin buruk pula kata-katanya di jejaring sosial. Aku sedih. Tapi dia tau apa?? Dia tidak pernah mau peduli. Aku bertanya padanya mengapa? Tetapi dia jawab: “tika salah paham. Apa yang L tulis bukan berarti L yang mengalaminya, bisa jadi itu tentang film yang L tonton, lagu yang L dengar, atau buku yang L baca. Janganlah curiga seperti itu.”
“Baiklah, aku yang salah karena aku tidak percaya dengan sahabatku sendiri”. Setelah itu setiap aku menulis sesuatu untuk Mr.D di jejaring sosial, dia selalu menulis sesuatu yang menyinggungku. Aku selalu memperhatikan hal tersebut. Lama kelamaan aku jadi sering melihat tulisannya di jejaring sosial. Bahkan Mr.D bilang aku terobsesi terhadapnya. Ya, aku terobsesi! Karena aku menganggapnya sahabatku. Sahabat bukanlah sembarang orang yang bisa terikat dengan hubungan itu. Sahabat adalah orang yang selalu bisa dipercaya, bukan yang mengungkapkan sesuatu yang melukai sahabat yang lain. Walaupun aku belum pernah bertemu, kenal hanya melalui hp dan jejaring sosial, tapi aku selalu berusaha menjadi sahabat baiknya. Setiap dia merasa kesepian aku menemaninya, sms dia atau menelponnya. Ketika dia mengeluh tentang teman-temannya, aku selalu mendengarkannya, ketika dia mengeluh tentang keluarganya akupun selalu ada untuknya. Bahkan aku rela meminjamkan uang beasiswaku untuknya ketika dia butuh uang untuk biaya SPP kuliahnya-namun uang beasiswaku ternyata tertunda keluarnya-.
Namun benar kata sahabat-sahabatku yang lain. Aku bodoh! Baru kulihat di jejaring sosial dia menyebutkan namaku dan menceritakan aku dengan orang lain. Benar-benar hancur hatiku. Yang dikatakannya sebelumnya bahwa aku salah paham hanya alasan saja. Saat itu juga aku ‘meremove’nya dari pertemananku di jejaring sosial. Setelah saat itu aku tidak lagi memikirkan apa yang ditulisnya di jejaring sosial. Karena itu bukan urusanku lagi. Namun aku dan dia tidak putus hubungan. Kami masih menjalin silaturrahmi via hp. Seiring waktu berjalan aku benar-benar tidak tahan lagi. Seharusnya dengan aku me’remove’nya dari pertemanan di jejaring sosial, dia bisa berfikir untuk merubah sikap karena dia tau alasanku melakukan itu. Namun dia tidak pernah peduli dan berfikir. Mungkin rasa kecewanya membutakan hati nuraninya. Hebatnya di depan aku dia berkata baik dan tulus menjadikan aku sahabatnya, tetapi di belakangku dia dengan santainya menceritakan aku yang jelek-jelek, memfitnah aku padahal aku tak melakukan apa yang dituduhkannya. “Boy selingkuh sama tika..” Apa coba maksudnya?? Aku masih menyimpan sms yang dikirmkannya ketika aku meminta penjelasannya dulu. Namun ternyata dia pandai bersilat lidah. Dia memfitnah aku dan menceritakan yang jelek-jelek tentang aku dengan teman-temannya yang sebagian juga berteman denganku, dengan teman-teman kekasihku yang sebagian besar adalah temanku juga, dan yang lebih menyakitkan dia juga mengatakannya dengan keluarga Mr.D. Mereka bertanya dan meminta penjelasan dariku. Itu yang membuatku sedih. Bahkan sedih belum mewakili perasaanku.
Aku marah! Aku kecewa! Membuatku selalu menangis dan menyesali persahabatan itu. Benar kata sahabat-sahabatku, aku bodoh terlalu percaya padanya. Ternyata dia tidak setulus yang aku fikirkan. Tidak sebaik yang aku kira. Untuk pertama kalinya aku menulis di jejaring sosial tentang rasa sedihku. Aku ingat masalah itu menjadi sangat besar. Baru sekali itu aku menulis langsung dia dan teman-temannya marah. Sedangkan aku yang setiap hari digitukan tidak pernah menanggapinya seperti dia menanggapi tulisanku.
Yang membuatku heran, teman-temannya ikut campur dan berbicara yang kelewatan. Kalau dia memang berani, seharusnya dia langsung saja sms atau menelpon aku dan meminta penjelasan. Bukannya malah membuat masalah jadi semakin besar. Mereka bilang kami bisa kalah kalau berkelahi dengan mereka karena kami hanya berdua sedangkan mereka 33 orang. Kalau kami mau, kami bisa saja mengajak teman-teman kami ikut campur. Dan jumlah kami dua kali lipat dari jumlah mereka. Tapi tidak, kami bukan seperti mereka. PENGECUT!!
Setelah itu aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengannya. Ada hikmah dibalik semuanya. Aku tak pernah bermasalah lagi dengannya. Namun terkadang ketika iman sedang turun, aku selalu mengingat apa yang telah diperbuatnya padaku.
Cerita masa lalu
4 November 2010